Mereka berasal dari tempat yang sama dimana kesemuanya kecuali Synyster Gates berasal dari sekolah yang sama, yaitu Huntington Beach High School. Mereka terbentuk di awal tahun 1999 dimana personil awalnya hanya beranggotakan empat orang saja yaitu M.Shadows, Zacky Vengeance, The Rev dan Matt Wendt (Bass).
Nama Avenged Sevenfold diambil dari salah satu kisah di dalam bibel. Walaupun mengambil nama dari bibel, M.Shadows mengakui bahwa bandnya tidak terlalu religius ataupun bertujuan untuk menyebarkan suatu kepercayaan religi atau poltik kepada penggemarnya.
Dalam perjalanannya, Avenged Sevenfold sempat berganti aliran dari Metalcore menjadi lebih ke arah alternative metal. Rumor yang beredar mengatakan hal ini dikarenakan sang vokalis, M.Shadows harus menjalani operasi akibat pita suaranya yang sobek akibat melakukan scream yang terlalu keras pada sebuah konser. Namun dalam setiap kesempatan wawancara, Avenged Sevenfold sering menyangkal kebenaran rumor ini. Perubahan aliran yang mereka lakukan lebih dikarenakan mereka amat menyenangi melakukan eksperimental dalam bermusik dan ingin melakukan evolusi dalam gaya dan aliran bermusik mereka. Toh, pada kenyataan nya, hal ini memang tidak benar.
Avenged Sevenfold memiliki lambang yang merekan namakan “Deathbat”. Lambang ini dirancang oleh teman semasa SMA mereka, Micah Montague. Lambang ini selalu muncul di setiap konser mereka dan hampir selalu ada di setiap album mereka.
Ciri khas yang dapat anda nikmati dalam setiap musik mereka adalah nyanyian yang melodik dan screaming, hardcore riffs dan storming drum-beats. Dalam hal bermusik, Avenged Sevenfold banyak dipengaruhi oleh band-band seperti Pantera, NOFX, Misfits, Guns N’ Roses, Metallica, Dream Theater dan Iron Maiden.
Mereka cenderung memainkan nuansa agresif pada vokal, gitar, dan drum (bass tetap statis). Dengan sentuhan yang dinamis, mau keras atau lambat, mereka tetap menggunakan harmonisasi yang luar biasa dan komposisi yang teratur. Sebut saja lagu-lagu yang sedikit melow, seperti Seize The Day dan Dear God, gitarnya tetap di drop Dm seperti halnya metal-metal kebanyakan. Instrumen individu orkestra, dengan bantuan Marc Mann dan Steve Bartek dari Oingo Boingo (dan yang saat ini mengatur untuk Danny Elfman). Dengan senar yang menjulang tinggi di "Afterlife," yang menghantui dan kinerja teater "A Little Piece Of Heaven," atau vokal lembut seorang anak dalam "Unbound (The Wild Ride)," band kreatif dan beragam pendekatan yang mengejutkan. Perkusi Lenny Castron begitu dinamis untuk "Brompton Cocktail,"
Kemudian, ciri khasnya selain komposisi dan drop, Syn memasukkan nuansa sweep picking (arpeggio) di hampir semua lagunya. Keindahan sweep picking yang dipadukan dengan kromatik, slide, dan teknik-teknik lainnya bisa kita dengar di lagu The Wicked End. Kemudian selain itu, tidak lupa juga sentuhan akustik yang membawa suasana seperti di Hawaii, bisa kita dengar di lagu Sidewinder. Tapi, satu lagi ciri khas yang tidak pernah lepas dari mereka, menduetkan gitar Syn dan Zacky, memakai double bass dengan tempo yang beberapa kali lipat beat-nya dari biasanya...
Album pertama mereka, Sounding the Seventh Trumpet direkam ketika mereka masih berumur 18 tahun. Album ini dirilis dengan label Good Life Recordings, tetapi setelah gitaris Synyster Gates masuk Avenged Sevenfold, album ini dirilis ulang dengan label Hopeless Records. Lagu “To End The Rapture” juga direkam ulang, kali ini ditambahkan dengan permainan gitar Synyster Gates. Dan akhirnya dirilis pada bulan juli 2001. Walaupun yang bermain bass dalam rekaman pembentukan album adalah Justin Sane, namun pemain bass yang tertera dalam CD skin adalah Daemon Ash. Hal ini dikarenakan sesaat sebelum proses mixing album tersebut, Justin Sane dikeluarkan dari band dikarenakan telah menenggak obat batuk dengan dosis tinggi hingga dimasukkan ke rumah sakit jiwa, Setelah dikeluarkan dr rumah sakit jiwa, Perilakunya kian memburuk hingga ia dikeluarkan dari A7X dan digantikan oleh Johnny Christ.
Pada tahun 2003, mereka pun merilis full-length album kedua mereka yang bertajuk Waking The Fallen. Album ini terjual sebanyak 175.000 copy di Amerika Serikat dan mencapai peringkat 12 di dalam Independent Album Chart di Amerika Serikat.
Album ketiga mereka, City of Evil, rilis di tahun 2005. Album tersebut merupakan salah satu album tersukses dari Avenged Sevenfold. Bahkan album tersebat sempat menduduki posisi 30 dalam US Billboard Chart dan terjual sebanyak 730.000 copy di Amerika Serikat saja. Saat itu Amerika Serikat tengah jenuh dengan musik hip-hop dan pop yang merajalela, lalu Avenged Sevenfold merilis album mereka City of Evil tepatnya pada tanggal 8 Juni, 2005. Hits single Bat Country merupakan lagu metal/rock pertama yang merajai MTV TRL. Mereka mempopulerkan kembali solo gitar dengan duet gitaris Synyster Gates dan Zacky Vengeance yang benar-benar memanaskan area moshpit. Album tersebut mendapat sertifikat gold dan memenangkan predikat Best New Artist in a Video di MTV VMA 2006 untuk lagu Bat Country.
Pada tahun 2007, mereka pun kembali menelurkan album baru yang bertajuk Avenged Sevenfold. Dalam debutnya di Amerika Serikat, album ini menempati posisi ke empat dalam Billboard 200. Album ini terjual sebanyak 94.000 copy di Amerika Serikat dalam kurun waktu satu minggu setelah perilisannya. Awal Agustus 2007, mereka menjalani tur Asia Pasifik mereka, dan sempat mampir di Indonesia dan memainkan lagu mereka untuk pertama kali di depan publik. Lagu yang berjudul Almost Easy tersebut mendapat sambutan hangat dari penggemar di seluruh dunia. Ketika itu band punk Jogjakarta Endang Soekamti didaulat menjadi band pembuka.
Tahun 2008, mereka berpartisipasi sebagai headliners di tour Taste of Chaos bersama dengan Bullet for My Valentine, Atreyu, Blessthefall dan Idiot Pilot. Ketika tour, mereka merekam sebuah DVD yang mengandung 6 lagu baru mereka.
Dan di tahun 2008, mereka merilis sebuah album yang berisi rekaman live concert mereka di Long Beach, California yang bertajuk Live in the LBC & Diamonds in the Rough...
Akhir tahun 2009 merupakan akhir tahun yg buruk bagi Avenged Sevenfold dan fansnya diseluruh dunia, karena tgl 28 Desember 2009 mereka kehilangan sang drummer, The Rev. Penyebab kematiannya tdk jelas, dan pada tgl 6 Januari 2010 dia dimakamkan.
Berbulan kemudian keluarlah hasil otopsi yg menyatakan The Rev meninggal akibat overdosis.
Sebagai pengganti sementara A7X menunjuk Mike Portnoy, drummer Dream Theatre utk menyelesaikan album ke-6 mereka yg tertunda. MP dikontrak sbg additional selama satu tahun.
Banyak org yg bertanya, siapa sesungguhnya yg akan mengisi tempat yg ditinggalkan The Rev utk waktu yg permanen? Memang, sekitar satu bulan setelah meninggalnya The Rev, muncul isu bahwa pengganti The Rev adalah Cobus Potgieter, seorang drummer solo asal Afrika Selatan. Namun, Cobus sempat mengkonfirmasikan, bahwa dia bukanlah pengganti The Rev. Hal ini makin membuat anak" The Fallen penasaran, dan rasa penasaran itu akhirnya pudar setelah A7X mengumumkan drummer barunya, awal Januari 2011. Dia adalah mantan drummer band Confide, Arin Ilejay (24 tahun).
Peluncuran album ke-6 mereka, Nightmare, mendapat sambutan yg luar biasa, khususnya di Indonesia. Usaha A7X memainkan heavy metal dengan lirik bernada putus asa direspons positif oleh pencinta musik dunia. Album mereka langsung mencatat penjualan 163 ribu kopi di minggu pertama sejak dirilis pada 23 Juli lalu dan mampu meraih posisi 1 dalam US Billboard Chart 200, dimana berhasil mengalahkan rapper Eminem dan penyanyi bocah yg banyak digandrungi oleh perempuan masa kini (kebanyakan anak-anak), Justin Bieber. Bahkan, saking kesalnya, Eminem sempat membuat pernyataan yg membuat telinga para pecinta musik rock dan heavy metal panas. Tetapi, apapun itu, Avenged Sevenfold sudah membuktikan pada dunia bahwa mereka masih bisa tetap eksis meski kehilangan The Rev.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar